
Hati-hati Kebiasaan Minum Teh Setelah Makan
- Inst. Promkes
- 28/12/2023
Hati-hati Kebiasaan Minum Teh Setelah Makan
Narasumber : Novita Agustina, S.Kep, Ns, M.Kep, Sp.Kep. A (RSMH Palembang)
Tahukah Anda bahwa salah satu masalah gizi yang masih terjadi di Indonesia adalah anemia defisiensi besi. Anemia defisiensi besi adalah penyakit dimana jumlah sel darah merah dan suplai oksigen tidak mencukupi. Penyebab anemia adalah kekurangan zat besi.
Status zat besi dalam tubuh mempengaruhi efisiensi penyerapan zat besi. Semakin besar jumlah zat besi yang dibutuhkan, maka semakin banyak pula zat besi yang diserap. Ketersediaan zat besi (Fe) dalam tubuh sangat dipengaruhi oleh zat besi inhibitor dan zat peningkat zat besi. Peningkat Fe merupakan zat yang dapat memperlancar penyerapan zat besi (Fe). Sedangkan inhibitor Fe merupakan senyawa yang mampu menghambat penyerapan zat besi. Salah satu penghambat zat besi adalah tannin.
Tannin bisa ditemukan, termasuk salah satunya pada teh. Fermentasi meningkatkan kandungan tannin pada teh. Semakin banyak tanin yang terkandung dalam teh, semakin banyak tannin yang larut dalam minuman, sehingga menghasilkan warna minuman yang lebih gelap, rasa yang lebih tajam, dan rasa yang lebih kuat. Asupan tannin harian maksimum dalam makanan adalah 560 mg/kg. Satu cangkir teh (220 ml) mengandung sekitar 195 mg/100 g tannin.
Kebiasaan meminum es teh setelah makan memang sangat digemari semua orang. Meski teh mengandung lebih sedikit kafein dibandingkan kopi, namun jika dikonsumsi terus menerus dan berlebihan akan menimbulkan efek samping yang buruk. Di Indonesia, jika kita pergi ke restoran pastinya kita akan disuguhi minuman gratis yaitu teh biasa, dimanapun kita berada.
Dampak pertama yang ditimbulkan adalah anemia.
Tannin pada teh dapat mengikat zat besi pada makanan, apalagi jika teh diminum bersama makanan, otomatis akan mengganggu penyerapan zat besi oleh tubuh, dimana tubuh membutuhkan zat besi untuk memproduksi sel darah merah, dimana tubuh membutuhkan zat besi untuk memproduksi sel darah merah. memiliki sel darah merah ini. Di dalam sel terdapat hemoglobin yang membawa oksigen dari paru-paru ke seluruh tubuh. Jadi otomatis jika seseorang mengkonsumsi teh secara berlebihan akan menyebabkan anemia alias anemia, dengan gejala seperti 5 L (lesu, lelah, lemas, lalai).
Sebuah penelitian dilakukan dengan membandingkan penyerapan zat besi pada orang yang makan dan minum air putih dan pada mereka yang makan dan minum teh. Hasilnya, penyerapan zat besi pada peminum air sebesar 22,1%, sedangkan penyerapan zat besi pada peminum teh sebesar 6,9%. Artinya teh mampu menurunkan penyerapan zat besi hingga 70%. Studi lain menunjukkan bahwa teh hitam merupakan penghambat penyerapan zat besi terkuat dibandingkan teh lainnya.
Hasil analisis dari 9 ulasan menemukan adanya hubungan antara konsumsi teh dengan kejadian anemia pada remaja, dan 3 ulasan tersebut menemukan bahwa remaja yang minum teh memiliki peningkatan risiko terkena penyakit tersebut.Anemia 1/3 kali lebih tinggi dibandingkan remaja yang minum teh. pada peminum teh. Dia. jangan minum teh. Remaja yang lebih sering minum teh memiliki risiko lebih tinggi terkena anemia dibandingkan remaja yang jarang atau tidak minum teh. Dari penjelasan di atas kita mengetahui bahwa hubungan teh dengan anemia adalah BENAR.
Dampak kedua berkaitan dengan gangguan pencernaan.
Kafein dalam teh dapat meningkatkan asam lambung, mengiritasi saluran pencernaan, dan menyebabkan mual, mulas, dan diare jika diminum saat perut kosong.
Dampak terakhir adalah diabetes.
Minum teh alami mempunyai efek yang baik bagi kesehatan namun jika dikonsumsi berlebihan, tambahan gula dan susu tinggi lemak akan menyebabkan peningkatan gula darah (diabetes).
Meski begitu, remaja tetap bisa meminum teh sebanyak 2 cangkir atau sekitar 440ml dengan air teh murni. Peerbanyak mengkonsumsi minuman air jeruk yang mengandung vitamin C karena bisa mengikat zat besi.
Referensi:
·Adriani, M. and Wirjatmadi, B. (2016) Peranan gizi dalam siklus kehidupan. 3rd edn. Jakarta: Prenadamedia Group.
·Dumilah, P. R. A. and Sumarmi, S. (2017) Hubungan anemia dengan prestasi belajar siswi di SMP unggulan Bina Insani’, Amerta Nutrition, 1(4), p. 331. doi: 10.20473/amnt.v1i4.7140.
·Kartik, S. et al. (2019) ‘Health effects , sources, utilization and safety of tannins : a critical review Kartik Sharma , Vikas Kumar , Jaspreet Kaur, Beenu Tanwar ,Ankit Goyal ’, Toxin Reviews. Taylor & Francis, 0(0) pp. 1–13. doi:10.1080/15569543.2019.1662813.
·Listiana, A. (2016) ‘Analisis faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian anemia gizi besi pada remaja putri di SMKN 1 Terbanggi Besar Lampung Tengah’, Jurnal Kesehatan, 7(3), p. 455.
doi: 10.26630/jk.v7i3.230.
·Sumber gambar: https://www.pexels.com/id-id/foto/orang-memegang-cangkir-teh-keramik-putih-dengan-cairan-coklat-3750665/
DOC, PROMKES, RSMH