OBESITAS PADA REMAJA
- Inst. Promkes
- 04/11/2022
OBESITAS PADA REMAJA
Narasumber : NS. NYIMAS SRI WAHYUNI, M.KEP, SP,KEP.A (RSMH,Palembang)
Obesitas sering didefinisikan sebagai kondisi abnormal atau kelebihan lemak yang serius dalam jaringan adiposa sedemikian sehingga mengganggu kesehatan (Garrow, 1988).
Menurut Samsudin (1993) dalam Mardatilah ( 2008 ) yang dimaksud dengan gizi lebih adalah berat badan yang relatif berlebihan dengan usia atau tinggi badan anak yang sebaya, sebagai akibat terjadinya penimbunan lemak yang berlebihan dalam jaringan lemak tubuh. Pada status gizi lebih, tubuh sudah kewalahan menampung kelebihan zat gizi, terutama sumber tenaga. Kelebihan tersebut akhirnya disimpan dalam bentuk lemak di bawah kulit yang akan mengakibatkan seseorang menjadi gemuk, dan lemak juga disimpan diantara jaringan tubuh. lemak yang disimpan diantara jaringan tubuh akan menimbulkan berbagai permasalahan bau seperti menyempitnya pembuluh darah dan meningginya tekanan darah. Seorang remaja dikatakan gizi lebih bila indeks massa tubuh menurut umur melebihi 85 persentil (>85th percentil) (CDC 2000).
Selain itu penyebab gangguan gizi lebih umumnya pemasukan energi melebihi kebutuhan, tanpa diimbangi dengan penggunaan energi. Hal tersebut berhubungan dengan pola makan yang salah dan sebagian besar dipengaruhi oleh gaya hidup seseorang. Makan lebih banyak dari kebutuhan atau makan tidak seimbang dengan kata lain terlalu banyak faktor risiko yang disebabkan oleh makanan yang dapat menyebabkan gizi lebih (WKNPG, 1998).
Penyebab gizi lebih secara umum adalah asupan energi yang melebihi kebutuhan yaitu, melebihi kebutuhan untuk pemeliharaan dan pemulihan kesehatan, proses tumbuh kembang dan berbagai aktivitas jasmani anak. Kelebihan asupan makanan merupakan penyebab terpenting dibanding penyebab lainnya (Suyono 1994 dalam Mardatilah 2008).
Secara singkat dapat dikatakan bahwa obesitas merupakan akibat dari adanya ketidak-seimbangan antara asupan energi (energy intake) yang melebihi energi yang digunakan (energy expenditure). Dalam keadaan normal, keseimbangan energi berubah-ubah dari makanan satu ke makanan yang lain, dari hari ke hari, minggu ke minggu tanpa ada perubahan kekal dalam cadangan tubuh atau berat badan.
Beberapa mekanisme fisiologis berperan penting dalam diri individu untuk menyeimbangkan keseluruhan asupan energi dengan keseluruhan energi yang digunakan dan untuk menjaga berat badan stabil dalam jangka waktu yang cukup panjang. Obesitas hanya akan muncul apabila terjadi keseimbangan energi positif untuk periode waktu yang cukup panjang (WHO, 2000). Mekanisme fisiologis yang bertanggungjawab terhadap terjadinya obesitas tidak diketahui secara sempurna. Akan tetapi, sekarang terdapat bukti yang makin jelas tentang adanya beberapa mekanisme yang memberi sinyal dalam usus halus, jaringan adiposa dan otak, dan mungkin jaringan lain yang dapat memberikan gambaran tentang arus asupan zat gizi, distribusi dan metabolismenya, dan atau penyimpanannya.
Keseluruhan mekanisme ini dikordinasikan dalam otak dan mengarahkan, pada perubahari pola makan, aktifitas fisik, dan metabolisme tubuh sedemikian rupa sehingga cadangan energi dalam tubuh dapat dijaga. Penemuan akhir-akhir ini tentang adanya hormon leptin, yang disekresi oleh adipocyte dalam jumlah yang proporsional terhadap cadangan triglisenda dan mengikat diri dengan reseptor di hipothalamus memberikan gambaran yang menanik tentang sistem sinyal pengaturan yang mungkin (possible regulatoiy signal systems) yang berfungsi untuk memelihara keseimbangan energi. Akan tetapi masih banyak yang perlu dipelajari lebih lanjut tentang sistem tersebut. Pada masyarakat tradisional, dimana orang-orang cenderung melakukan aktivitas fisik dan dengan catatan bahwa kesediaan makanan tidak terbatas maka hanya sedikit orang yang mempunyai masalah gizi; baik kurang gizi ataupun kelebihan gizi. Diperkirakan bahwa tubuh manusia mempunyai pertahanan lebih kuat untuk melawan kurang gizi dan kehilangan berat badan dibandingkan pertahanan untuk melawan konsumsi yang berlebih dan kelebihan berat badan.
Menurut Purwanti (2000), menyatakan bahwa risiko yang timbul akibat gizi lebih, yaitu orang yang berbadan gemuk banyak yang kurang percaya diri karena dianggap penampilannya kurang baik. Selain itu, penderita dapat mengalami gangguan aktivitas dan penyakit degeneratif. Bila obesitas pada masa anak terus berlanjut sampai dewasa, maka dapat mengakibatkan risiko penyakit degeneratif seperti penyakit jantung koroner, diabetes melitus, hipertensi, dan lain-lain (Garrow, 2000).
Banyak studi yang menunjukkan adanya kecenderungan anak obes untuk tetap obes pada masa dewasa (Guo et al, 1994), yang dapat berakibat pada kenaikan risiko penyakit dan gangguan yang berhubungan dengan obesitas pada masa kehidupan berikutnya. Gangguan psychososial juga sering menjadi masalah bagi anak-anak obes dengan diketahuinya obesitas oleh mereka sendiri dan orang lain sebagai masalah yang serius.
Referensi:
Ali, R & Nuryani, 2018. Sosial ekonomi, konsumsi fast food dan riwayat obesitas sebagai faktor risiko obesitas remaja. Media Gizi Indonesi, 13(2)
Almatsier, S., 2009. Prinsip dasar ilmu gizi. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama
Banna,J. C., Bucththal,O.V., & Delormier, 2015. Influences on eating: A qualitative study of adolescents in a Periusban area in Lima, Peru. BMC Public Health,16(40)
BKKBN, 2016. Program GenRe tingkatan kesehatan reproduksi remaja.[Online]
Curtis, 2015. Definbing Adolescence. Journal of adolescent and family health,7(2)
Gibson, R., 2005. Principles of nutrition assessment.New York: Oxford University Press
( DOC, PROMKES, RSMH)