
REMAJA SEHAT BEBAS ANEMIA
- Humas
- 09/03/2021
REMAJA SEHAT
BEBAS ANEMIA
Narasumber: Rosita Anwar, STT, RD
Pembangunan kesehatan merupakan investasi utama dalam pembangunan sumber daya manusia Indonesia yang berkualitas dan berdaya saing. Salah satu komponen terpenting adalah terpenuhinya kebutuhan gizi masyarakat terutama pada 1000 hari pertama kehidupan (HPK) dan usia remaja.
Masalah gizi yang terjadi pada usia remaja akan meningkatkan kerentanan terhadap penyakit di usia dewasa serta beresiko melahirkan generasi yang bermasalah gizi. Lebih jauh lagi, masalah gizi yang terjadi sejak remaja akan mempengaruhi perkembangan kognitif, produktivitas, kinerja dan daya saing di tingkat global, yang dapat berdampak terhadap kemampuan untuk mendapatkan penghidupan yang layak di kemudian hari.
Berdasarkan Riskesdas 2018 prevalensi anemia pada remaja sebesar 32% artinya 3-4 dari 10 remaja menderita anemia. Hal tersebut dipengaruhi oleh kebiasaan asupan gizi yang tidak optimal dan kurnagnya aktifitas fisik. Upaya pencegahan anemia pada remaja melalui suplementasi tablet tambah darah pada remaja putri merupakan intervensi spesifik yang sangat strategis, untuk mempersiapkan calon ibu yang sehat melahirkan generasi penerus yang berkualitas.
Anemia terjadi ketika jumlah sel darah merah, dalam tubuh menurun dibawah normal. Kurangnya sel darah merah membuat pengidap anemia tampak pucat, lelah dan lemah. Anemia disebabkan oleh banyak faktor, mulai dari kurangnya zat besi atau perdarahan saat menstruasi.
Penyebab Anemia pada remaja
1. Kurangnya asupan zat besi
Zat besi mempunyai peran yang sangat besar dalam pembentukan hemoglobin. Kurangnya asupan zat besi dapat menimbulkan anemia. Makanan yang kaya akan zat besi adalah pada hati, kuning telur, tomat, bayam, kacang-kacangan, kerang, daging merah dan lain-lain. Ada beberapa makanan dan obat-obatan dapat menghambat penyerapan zat besi bila dikonsumsi dengan makanan kaya zat besi, seperti : makanan kaya kalsium, suplemen kalsium,antasida, kopi dan teh.
2. Kekurangan Vitamin
Tubuh membutuhkan vitamin B12 dan folat untuk membuat sel darah merah. Pola makan yang terlalu rendah vitamin ini terkadang dapat menyebabkan anemia. Gangguan autoimun atau masalah pencernaan dapat membuat tubuh anak tidak cukup menyerap vitamin B 12 yang baik. Sedangkan folat banyak tekandung dalam sayuran berdaun hijau dan buah-buahan. Selain itu Vitamin C dapat meningkatkan penyerapan zat besi.
3. Mengidap penyakit
Penyakit atau infeksi kronis dapat menyebabkan tubuh memproduksi lebih sedikit sel darah merah.
4. Kehilangan darah
Kehilangan terlalu banyak darah merah adalah penyebab umum anemia. Pada remaja, menstruasi berat terkadang bisa membuatnya mengalami anemia. Cedera atau perdarahan juga dpat menyebabkan kehilangan darah
Gejala Anemia Pada Remaja adalah :
1. Kulit Pucat
2. Kulit dan bagian mata menguning
3. Pipi dan bibir pucat
4. Lapisan kelopak mata dan bantalan kuku
terlihat kurang merah mudah dari biasanya
5. Pandangan berkunang-kunang, pusing
6. Tubuh lemah
7. Mudah lelah dan mudah mengantuk
Apabila anemia tidak mendapat penanganan, akan menjadi masalah kesehatan jangka panjang dan berakibat fatal spt :
1. Menurunnya kecerdasan dan kinerja
Anak yang memiliki anemia kronik, kemungkinan besar memiliki IQ lebih rendah. Bagi orang dewasa yang bekerja, anemia bias menyebabkan kondisi mudah mengantuk dan sulit konsentrasi.
2. Tumbuh kembang terhambat
Anak yang mengalami anemia, cendrung rentan terhadap gangguan tumbuh kembang. Terutama pada anemia akibat kekuranagn zat besi. Zat besi penting untuk menunjang pertumbuhan sel anak.
3. Kesehatan Reproduksi Terganggu
Pada wanita remaja dan dewasa, anemia berakibat pada tergangguanya kesehatan reproduksi dalam jangka panjang. Perempuan yang anemia rentan mengalami komplikasi saat hamil dan bersalin, keguguran, persalinan premature, bayi lahir berat badan rendah dan perdarahan setelah persalinan.
4. Gagal Jantung
Kondisi gagal jantung adalah salah satu dampak fatal dari anemia. Kondisi ini menyebabkan kinerja jantung tidak optimal dan sulit memenuhi kebutuhan oksigen seluruh tubuh. Jika kondisi ini berlangsung lama, maka jantung kehilangan kemampuan untuk berkontraksi dengan baik dan terjadi gagal jantung.
5. Kematian
(Doc Hukormas RSMH)